Dimanapun Tuhan tempatkan harus mampu menjadi terang dan garam melalui
pelayanan kita
Bidang pelayanan sesungguhnya sangat melekat dengan ibu yang murah senyum
dan ramah ini. Vivien Limengka demikian nama isteri Ferdy Limengka seorang
dokter bedah yang rendah hati. Berbicara pelayanan bagi ketua Haggai DKI ini sudah
dimulai sejak kanak-kanak. Malah bisa dibilang sejak mengenal Yesus sudah
belajar melayani. “Namanya melayani kan ngga harus jadi pendeta saja ya kan”,
terangnya mengawali perbincangan siang itu. Salah satu pelayanannya antaranya dengan
mempersembahkan talenta suaranya.
Bersama adiknya yang juga pencipta lagu lewat suaranya yang merdu beberapa
kali merekam suaranya. Malah melalui talenta bernyanyi Vivien juga diundang
mengisi pujian di gereja gereja. Baik menyanyikan bahasa Indonesia maupun lagu
rohani Manado. Sementara dalam pembuatan album sidah tiga album sendiri dan
sekitar tujuh album keroyakan atau kompilasi. Sedangkan saat ini mempersiapkan
album berikutnya, namun karena kesibukannya di ladang pelayanan Hagai sehingga
belum kelar. “Dalam pelayananpun harus ada skala prioritas, ujarnya tertawa
renyah.
Vivien yang berjemaat di GKI
Harapan Indah, Bekasi. Di gerejanya
dipercaya menjadi majelis jemaat. Sedangkan di tingkat klasis Priangan juga
menjadi majelis yang membidangi mengenai pembinaan remaja. Tentang
keterlibatannya di banyak pelayanan, Vivien berprinsip seseorang yang telah
menerima Kristus harus mampu menjadi terang dan garam dimanapun ditempatkan,
saksinya serius.
Mentraining Pemimpin
Pada dasarnya setiap orang menjadi pemimpin, paling tidak bagi dirinya
sendiri dan keluarganya. Namun pemimpin yang seperti apa, itu pertanyaan lain. Pimpimpin
disini adalah ketika orang melihat lalu bisa menerima cara kepemimpinan dan menjadi
teladan. Sehingga orang dapat menerima kabar baik itu dengan tanpa
tersinggung.
Vivien merasa dengan mengikuti training semakin diperlengkapi dengan
menjadi majelis di gerejanya. Pengalaman dan pengetahuan selama training sangat
bermanfaat terutama dalam melengkapi pelayanan gerejawi. Dari apa yang dialami
Vivien beruntung ada undangan dari temen yang mengajak mengikuti training kepemimpinan.
Disinilah Vivien benar-benar merasa mendapatkan bekal yang baru bagaimana
melalui profesinya tetap bisa menyampaikan kabar baik. Dan itu diperoleh saat
ikut training di Hagai institute tersebut, terangnya bangga.
Karena ternyata melalui training setiap
orang yang ikut merasa diperlengkapi bekal yang baru. Bagaimana menjadi pemimpin
menurut kebenaran firman Tuhan. Selain itu bagaimana seseorang bisa menjadi
kitab yang terbuka di depan semua orang. Makanya untuk menjadi peserta
trainingpun tidak sembarang orang. Salah satu caranya peserta dipilih berdasarkan
ajakan atau rekomendasi dari alumni. Dengan demikian lebih pada dari mulut ke
mulut-lah untuk menjadi peserta training itu, jelasnya tersenyum.
Pertanyaannya kenapa dalam
menentukan peserta training memakai cara rekomendasi dan tidak melalui iklan. Alasannya
karena mencari orang-orang yang berkomitmen dan mau diperlengkapi menjadi top leader,
beber ibu dari Ardy,Vindy, Winda dan Christy ini.
Materi dalam training ini bukan bicara tentang alkitab lagi. Mengapa, karena rata-rata pesertanya mereka sebetulnya
orang yang sudah hebat-hebat dari profesi yang berbeda cuma perlu ditambahkan
strategi saja, urainya. Untuk itu materinya lebih pada bagaimana mereka
bisa diperlengkapi dalam memberitakan kabar baik. Melalui berbagai profesi yang
digelutinya. Baik sebagai rohaniawan, pendeta, pengerja dan juga kaum
profesional, ujar ibu yang tahun 2000-an ini menjadi peserta training.
Lintas Gereja dan Profesi
Lembaga yang berpusat di luar AS ini memang membuka jejaring di
negara-negara berkembang. Sedangkan masuk di Indonesia sendiri tahun 1972.
Kembali pada waktu training kalau yang namanya area seminar itu hanya dua hari dua malam dan ini diperuntukkan
untuk pesertaumum. Tetapi ada in- house
dimana pesertanya dikhususkan seperti gereja-gereja atau instasi dari
kantor-kantor tertentu. Seperti saat ini ada permintaan dari gereja HKBP supaya
majelis atau sintuanya dibekali, terangnya. Selain itu ada gereja-gereja yang sudah
mengikuti seperti GBI, GPdI bahkan GKI itu sendiri. Sekali lagi bahwa dalam
training tidak bicara teologia lagi. Karena memang dalam satu training itu
pesertanya ada dari berbagai lintas denominasi ada karismatik, mainstream ada Katholik, ungkap mantan sekretaris Haggai
DKI ini.
Lebih lanjut Vivien mengatakan bahwa bagi peserta yang lulus dari training
ini diharapkan bisa membuat seminar yang sama. Terutama dilingkungan ataupun
disekitar profesi mereka masing-masing. Dengan catatan tetap dengan ikatan dan
sesuai polisi yang ditentukan dari pihak pusat. Dan tak boleh berjalan sendiri
dan yang menyelenggarakanpun terdiri dari alumni-alumni. Sementara selama
seminar ada pendampingan dan bahan-bahan dan pengajarpun harus dari pusat jadi
ada standart, tegas ibu yang tetap awet muda ini.
Program pelayanan HAGGAI tahun ini ada sekitar dua puluhan lebih seminar
yang harus diselenggarakan. Tentang lama training agak berbeda dengan
yang di pusatnya Hawai. Disana training dilakukan hampir sebulanan, tentu
dengan materi yang lebih banyak. Sementara yang di Indonesia training empat hari full.
Terlepas dari rutinitas sehari-hari dengan dengan harapan peserta training
lebih fokus terhadap materi yang diberikan.
Diharapkan selepas training tiap
orang memiliki paradigma baru lebih ber karakter dan strategis dalam memimpin.
Dengan demikian banyak jiwa yang diselamatkan, tandas ibu yang membuat album
rohani karena ingin seperti putrinya yang sudah membuat album terlebih dahulu
tuntas.
CV MUFAKAT JAYA, membantu pendirian PT, CV, UD, dan Koperasi. Membantu pengurusan perizinan SIUP, TDP, TDG, NPWP, Kemenhunkam, PMDN, IUI, SBU, SIUJK, UUG/HO, SPPL, UPL-UKL, Izin Reklame, IMB, dll. Pengurusan khusus wilayah Kota Bekasi, Cikarang, Kabupaten Bekasi. Segera hubungi 021-95818686 / 081226789055 / 081285833108. PIN BB: 230A2A4A. Supported by KORANMETRO.com