Sabtu, 25 Februari 2012

Pemerintah Tidak Wibawa

Lahir di Subang, Jawa Barat, 28 Februari 1954 Massardi adalah salah satu sastrawan Indonesia yang cukup produktif melahirkan karya-karya sastra. Karya-karyanya seperti; Penjarakan Aku Dalam Hatimu, Arjuna Mencari Cinta, Arjuna Mencari Cinta Part II, Ding Dong, Yudhistira Duda, Arjuna Wiwaha, Forum Bang Karung, Wanita Dalam Imajinasi, Rudi Jalak Gugat, dan Sajak Sikat Gigi. Pernah aktif bekerja sebagai wartawan Tempo, pria ini juga gemar menonton film dan mendengarkan musik, Yudhis banyak menulis lirik yang kemudian dilagukan duet kakak-beradik Franky dan Jane. Pendiam, lebih banyak senyum ketimbang ngomong, ia menyenangi warna cokelat dan kuning gading.

Pemikiran, pandangannya untuk bangsa ini sangat kritis. Baginya menginginkan perubahan harus dibuktikan dengan sebuah pergerakan dan tindakan. Itulah sikap yang ditunjukkan oleh pria mantan jubir era presiden Gus Dur yang aktif dalam setiap gerakan ini. Yudhistira Anm Massardi dipercaya sebagai komunikator yang mengkomunikasikan pemikiran-pemikiran perubahan pada banyak pihak sekarang ini. Kegiatan itu dibuktikan beberapa waktu lalu dengan menggerakan banyak kelompok untuk membuat sebuah perubahan yang diyakini bisa merubah kehidupan rakyat.

Sekarang mewakili Rizal Ramli dalam menjabarkan pemikiran-pemikirannya dengan rumah perubahannya yang ditransformasikan pada banyak pihak juga pada mereka yang belum paham kenapa harus bergerak. Pada GAHARU dia sampaikan pandangannya untuk bangsa ini.


Banyak peristiwa saat ini yang mengorbankan rakyat kecil, seperti kejadian di Bima dan Mesuji, menurut Anda?

Ada tiga hal atau masalah yang paling menonjol di negara kita ini. Yang pertama kekerasan antar warga atau warga dengan aparat, yang ke dua, soal korupsi dan ketiga soal elit dan para pemimpin yang terlalu banyak mengumbar janji, banyak berbohong pada masyarakat, yang mengakibatkan rakyat tidak lagi percaya pada aparat negara. Masalah kekerasan, kalau antar warga itu biasanya dipicu seolah-olah oleh perbedaan agama atau konflik keagamaan. Atau konflik antar kampung.

Kalau konflik antar warga dengan aparat biasanya dipicu oleh dua hal, pertama soal lahan, yang menjadi hak rakyat yang dirampas oleh pemilik modal yang sudah membeli kekuasaan dan yang biasanya untuk tambang atau perkebunan, atau kerusakan lingkungan. Masalah korupsi dari bawah sampai ke atas. Kemudian rasa keadilan yang hilang dari masyarakat. Dibanding dengan kasus korupsi, kami melihat bahwa pangkal dari semuanya itu adalah soal kepemimpinan nasional yang sangat tidak berwibawa, suka berbohong dan terlibat dengan skandal-skandal masalah besar yang membuat dia tidak tegas. Jadi bukan SBY yang karakternya tidak tegas, karena dia punya banyak masalah yang membuatnya tidak tegas. Karena konflik-konflik yang terjadi sekarang ini karena tidak ada ketegasan dari pemerintah yang akhirnya membuat malapetaka besar dimasyarakat. Antara lain seperti masalah tanah, hak rakyat banyak yang dirampas. Ini bukti ketidakmampuan pemerintah yang diawali dari disanderanya pemerintah dengan banyak masalah.

Jadi intinya ada dikepemimpinan nasional. Itulah sebabnya problem-problem yang ada dikelompok-kelompok masyarakat ini, seperti masalah agrarian, karena pemerintahnya lemah. Kemudian masyarakat yang berkonflik dengan aparat karena masalah perkebunan atau pertambangan yang sudah membeli kekuasaan. Seperti di Mandailing Natal, Miranti, Riau, Sumatera barat, pokoknya dibanyak tempatlah. Pemerintahan SBY ini banyak memihak pada pemilikan modal. Dengan problem-problem ini dari Rumah Perubahan menyelenggarakan konggres perubahan beberapa waktu lalu yang menghasilkan sebuah kesimpulan apa yang harus dilakukan. Dan untuk mengawali, kita akan melakukan gerakan-gerakan.

Intinya lebih pada perubahan, termasuk aparatnya?

Betul, dan ini yang bisa memperbaiki nasib rakyat, yaitu dari rakyat sendiri. Tidak bisa tergantung pada pemerintah. Karena ini gerakan rakyat, pesan dan harapan kita bisa berjalan dengan damai dan tetap bisa menjaga kebhinekaan, agama, etnis maupun yang lainnya.

Sejauh mana Anda melihat keberagaman dan keberagamaan di bangsa ini?
Saya melihat bahwa dimasyarakat ini tidak punya benih konflik keagamaan, semua ini terjadi akibat lemah dan ketidaktegasnya pemerintah dan tidak tegaknya hukum. Padahal kalau diproses semuanya ini adalah kriminal. Kalau pelanggaran-pelanggaran ini diurus secara hukum, masalahnya sudah selesai. Jadi bukan lagi urusan agama, tapi penegakan hukum. Tapi aparat hukum kita karena pemerintahnya seperti begini jadi ikut lemah. Jadi terhadap kelompok-kelompok yang memiliki kekuatan politik, masa atau uang, hukum tidak pernah berjalan. Masyarakat melihat bahwa hukum bisa tajam, kalau kebawah atau pada kelompok-kelompok rakyat kecil dan tidak memiliki akses politik atau tidak punya uang. Seperti pencuri sandal, mangga, pisang dan lain-lain. Inilah yang menimbulkan keresahan di masyarakat. Jadi kita menterjemahkan itu sebagai kelemahan dari pemerintah dan itu yang kita sosialisasikan pada masyarakat.

Banyak kalangan mengatakan bahwa demokrasi kita sudah menuju pada kematian menurut Anda?
Saya tidak setuju dengan pemikiran bahwa demokrasi menuju pada kematian. Kalau demokrasi tidak berjalan karena tidak ada penegakan hukum. Orang dari hasil mencuri, dapat uang, membeli demokrasi, membeli suara dan memanipulasi opini dengan promosi dan lain-lain dengan menggunakan uang hasil curian,  tapi tidak pernah ditindak secara hukum. Pelanggaran-pelanggaran dalam sistem demokrasi tidak pernah di tegakkan sanksi hukumnya. Akibatnya para pemenangnya ya pimpinan itu juga. Itulah yang berakibat demokrasi itu tidak bermanfaat buat bangsa indonesia.

Rakyat yang bisa merubah hidupnya sendiri sekarang ini. Kalau boleh tahu apa yang masyarakat Indonesia bisa lakukan untuk menuju sebuah perubahan?
Rakyat harus menggunakan hak pilihnya dengan benar, tidak lagi terbuai dengan uang Rp. 50.000,- atau janji-jani yang manis yang sering diberikan oleh para kandidat. Banyak masyarakat kita yang masih belum memahami arti demokrasi dengan menggunakan hak pilih dan hak suaranya. Selama ini demokrasi kita mudah dibajak oleh para perampok.

Jadi masyarakat kita masih terjebak dengan situasi yang seperti itu selama ini?
Memang benar, tapi pada akhirnya selalu ikut yang diatasnya. Kalau yang diatas lurus, yang dibawah atau masyarakat juga bisa ikot lurus. Kalau masyarakat seperti itu karena memang para elit politik kita mengajarkan hal-hal yang tidak benar pada masyarakat. Jadi akhirnya seperti ini dampaknya.

Kalau ada pemimpin yang lurus dan berbeda dengan yang sudah biasa, malah tidak diikuti!!
Itu dia, karena itu harusnya para pemimpin bisa pro rakyat, jadi semua itu tergantung pada pemimpinnya. Khususnya di penegakan hukum

Tapi hukum kita sekarang ini juga amburadul!
Kita berharap mudah-mudahan gerakan perubahan yang sekarang melanda masyarakat kita sekarang ini juga bisa membuat perubahan yang lebih baik.

Jadi gerakan perubahan ini juga pada bidang hukum?
Betul, juga bidang ekonomi dan yang lainnya.

0 komentar:

Posting Komentar