Sabtu, 25 Februari 2012

Tersandung Perkataan Sundal


PADA 14 Desember 2011, menyambut natal,  tiba-tiba enam pengacara  top menyambangi Polda Metro Jaya melaporkan dugaan pencemaran nama baik  dan perbuatan tidak menyenangkan atas nama korban Bianda Sihombing dan Inri oleh Reinda M. Lumoindong. Rombongan itu di motori Petrus  Bala Patyyona dan Juan Felix Tampubolon. Mereka di dampingi orang tua pelapor, yakni Partahi Sihombing dan Ongen di dampingi istri masing-masing.

Mereka diterima bagian pengaduan Polda Metro  Jaya. Peristiwa ini cukup mengagetkan karena cukup menyita perhatian banyak media massa nasional maupun rohani. Boleh jadi liputan luas ini karena melibatkan isteri hamba Tuhan terkenal, Pdt Gilbert Lumoindong di Jakarta.  

Seperti diiketahui suatu siang, usai ibadah November 2011, Reinda memanggil lima singer yang antara lain Bianda, Nabila, Inri, Regina dan Maya. Kelimanya diberikan pengarahan dari ibu  gembala. Namun, pengarahan yang menurut kelima pemudi itu sudah melewati batas karena dipandang merendahkan mereka.
Benar kata pepatah, mulutmu adalah harimaumu. Gara-gara ucapan ja­ngan seperti sundal terhadap beberapa pengerja (tim singer) GBI Glow Fellowship Center, Grand Chapel UPH Lippo Karawaci, Reinda yang juga istri pendeta Gembala Sidang gereja bersangkutan dilaporkan ke polisi. Laporan itu ternyata langsung diproses polisi meski saat menjelang natal.

Minggu berikutnya, Bianda dan Inri dua diantara yang mengaku korban diproses untuk membuat BAP di Polda  Metro Jaya di dampingi kuasa hukumnya. Beberapa media harian dan on line seperti Tribunnews.com di Manado langsung memuat berita ini  secara luas esok harinya. Pemberitaan ini langsung mendapat perhatian masyarakat.

Namun selang sehari setelah pemberitaan, media yang sama memuat sanggahan resmi dari pihak Reinda M Lumoindong lewat pengacaranya John IM Pattiwael, SH dan Gloria Tamba, SH. Pengacara dari kantor hukum LBH Mawar Sharon ini menjelaskan bahwa Reinda memang memberi nasehat kepada beberapa pelayan gereja yang di dalamnya termasuk Bianda Sihombing. Adapun  intinya  antara lain,  agar tidak menggunakan pakaian yang terlalu ketat/sexy dan seterusnya (poin 2). Dan pada poin 3 soal perkataan perempuan sundal oleh Reinda sama sekali tidak benar demikian.
Sanggahan seperti ini justru membuat keluarga korban meradang. Ketika ditemui disela-sela pemeriksaan anaknya, Partahi Sihombing menegaskan kembali bahwa tudingan perempuan sundal itu benar-benar ada dan memang dilakukan Reinda terhadap pelayan yang masih remaja dan beranjak dewasa. “Ada buktinya kok, ada rekamannya. Anak saya sangat terpukul sekali dikata-katain seperti itu. Makanya kita akan terus maju supaya terbuka kebenaran,” tukasnya geregetan dengan bantahan se­perti itu.
Sebelumnya, pengacara Bianda, Petrus Bala Pattyona  menyatakan kepada wartawan di sela-sela pengaduan, tujuan laporan dan pengaduan ini adalah agar orang Kristen juga taat kepada aturan negara. “Kita ingin sebagai pembelajaran yang baik, agar tidak terjadi lagi tindak kesewenang-wenangan dalam gereja,”  tukasnya.

Meski banyak yang menyayangkan proses ini sampai ke pihak kepolisian pada dasarnya perkara ini terus bergulir dan diproses. “Saya sangat kecewa anak-anak saya diperlakukan seperti itu sampai mereka trauma untuk ikut pela­yanan,” beber Partahi di dampingi ­Ongen salah satu orang tua yang anaknya juga ikut serta. Mereka ditegor keras di depan umum, selain ucapan sundal juga dikata-katain  bahwa mereka jangan  berlindung di ketiak orang tua. Lelaki tidak benar kalau datang ke gereja melihat body kalian sexy, begitu dia menirukan ucapan sang ibu gembala. “Apakah itu namanya ibu gembala, kalau salah rangkul donk. ­Ingatkan baik-baik, bukan begitu caranya, masa bawa-bawa orang tua lagi,” ujarnya bernada tinggi.  

Upayakan Damai

Saat kebenaran masalah ini mau dikomfirmasi langsung kepada Reinda, beberapa kali yang bersangkutan memang masih berhalangan karena masih sibuk melayani perayaan natal di Manado dan juga mendampingi misi pela­yanan ke Yerusalem. Ketika  dihubungi lewat SMS, Reinda hanya menyarankan GAHARU bahwa hak jawabnya biar dikutip seperti telah dimuat di Tribunnes.com. Sangat disayangkan juga, belum bisa mendapatkan  penjelasan langsung  dari Pdt. Gilbert Lumoindong tentang alasan dibalik pemecatan pengerjanya.  

Pendiri LBH Mawar Sharon,  ­Hotma Sitompoel, SH yang juga pendiri Vocal Group Pengacara Nabirong yang di dalamnya pernah Partahi Sihombing bergabung ketika dimintai komentarnya tentang kasus ini, mengaku belum mendalami masalahnya dan hanya berkomentar singkat mengimbau agar menempuh solusi damai. “Ya kita akan usahakan damai sajalah. Itu jalan terbaik,” ujarnya di ujung telepon sembari menyesalkan kejadian ini. “Masa jemaat melaporkan pendetanya…hehe. Ya mungkin juga ini perlu menjadi introspeksi bagi pendeta tersebut,” ujarnya setengah bertanya.

Rupanya kasus ini semakin berkembang makin melebar karena belakangan Pdt Gilbert Lumoindong mengeluarkan SK Pemecatan kepada Partahi Sihom­bing yang juga panatua di GLOW UPH Lippo Karawachi. Apakah ada sangkut pautnya dengan dugaan yang menimpa pelaporan  istrinya belum jelas kaitannya. Atas sikap ini Partahi mengaku akan ­terus mencari keadilan dan kebenaran. Dirinya juga mengaku sudah menyiapkan gugatan lain soal tindakan semena-mena ini. “Masalah ini sebenarnya sederhana. Kalau saja yang bersangkutan punya kasih dan mau berdamai dengan meminta maaf dan merangkul anak saya, kasus ini tidak akan pernah ke polisi,” imbuhnya menyesalkan. Sebelum mengadakan pengaduan, selain  berdiskusi de­ngan rekan-rekannya, pihak Partahi juga sudah meminta bertemu dengan Pdt. Gilbert Lumoindong untuk mengupa­yakan solusi damai. Namun karena dalam pertemuan, Gilbert terkesan membela istrinya dan seolah membenarkan tindakannya,  membuat pihaknya terpaksa menempuh upaya hukum.  Atas pelaporan ini, isu yang berkembang adalah bahwa selama ini sang ibu gembala bersikap “otoriter” dan bertindak melampau kapasitasnya sebagai ibu gembala. Benarkan demikian? Untuk mengetahui duduk perkara sebenarnya GAHARU mencoba mengungkap dibalik kericuhan antara pelayan/singer versus Reinda yang juga isteri Pdt. Gilbet Lumoindong, Pimpinan GLOW Lippo Karawachi.  Dan saat berita  diturunkan ibu Rienda sedang disidik polisi                                      

Lanjut »

Gereja Digembok Jemaat Ibadah Di Luar


Mentari belum muncul di ufuk timur. Minggu Pagi, (8/1) Jakarta dilanda gerimis kecil. Meski hujan tidak menghalangi niat jemaat GPdI Ellshaday datang GPdI Jalan Mangga yang rencananya kebaktian pukul 07.00. Selebaran yang sehari sebelumnya beredar di daerah itu, yang cukup meresahkan, ada selentingan melarang jemaat pagi (Ellshaday) beribadah di gedung gereja memang terbukti benar.  GPdI rintisan keluarga Lengkong yang sudah lama berseteru di antar keluarga ini, pagi itu memang tergembok rapat dari dalam. Tampak beberapa gembok menempel yang terlihat disengaja.

Jemaat yang berdatangan sejak pukul 6.00 melihat kenyataan ini langsung bersedih. Seorang ibu  lanjut usia menangis sesugukan di pintu  gerbong menahan rasa sedihnya. “Hamba Tuhan seperti apa yang menutup gereja untuk beribadah. Mungkin udah dirasukin iblis,” ujarnya geram mengusap air matanya. Beberapa ibu muda yang bertugas pelayan tetap bersemangat mempersiapakan  ibadah meski di depan gereja. Kesibukan ini cukup membuat menarik perhatian masyarakat sekitar yang tak jauh dari Pasar Lontar, Tanjung Priuk. Kendaraan yang lalu lalang berhenti sekadar tahu apa yang terjadi. 

Tiga orang wanita pengerja jemaat Ellshaday yang tinggal di konsistori gereja dan terkunci di dalam, juga tampak sibuk mengeluarkan bangku-bangku melewati pagar.  Seratusan jemaat kemudian  beribadah di depan gereja. Meski cukup lama berjalan beberapa waktu kemudian jelang akhir ibadah baru satu dua polisi tampak berdatangan tanpa berusaha untuk membuka gembok gereja. Jadilah ibadah berlangsung dengan sederhana persis seperti yang dilakukan GKI Yasmin, Bogor.

Ketua RT 10 RW 10 Koja, lokasi gereja Jody mengatkaan sejak pagi sudah mengawasi  lokasi warganya. Sebagai RT Jody memahami jemaat jika beribadah sementara di depan gereja pasaca penutupan gereja, asal jangan sampai menimbulkan kemacetan. “Saya kira  kita semua memuliakan Tuhan, ya silahkan saja. Asal jangan mengganggu lingkungan masyarakat. Artinya jangan sekali-kali  membuat kericuhan karena ini kan rumah kita,” ujarnhya. Ketiak ditanya mengetehui masalahnya, Jody mengatakan ini masalah internal gereja. “Sebagai warga saya kenal baik Pendeta Paul Refi dan Pendeta Boy Kembuan. Saya pengayom masyrakat. Tetapi ada hukum-hukumnya donk. Kita tidak mempermasalahkan keduanya,” ungkapnya yang terus memonitor jalannya kebaktian.

Seperti diketahui, perseturuan perebutan hak atas penggunaan gedung gereja GPdI Jalan Mangga sudah berlangsung bertahun-tahun tanpa penyelesaian. Kericuhan terjadi di antara anggota keluarga dari pendiri gereja, keluarga Lengkong. Antara Pdt. Boy Kembuan (menantu) di satu pihak dan Pdt. Paul Refi (anak) di pihak lain. Jemaat yang mendukung Pdt. Boy Kembuan membentuk GPdI Victory biasanya beribadah jam 10. Sedangkan jemaat Paul Refi menyebut diri GPdI Ellshaday dan beribadah jam 7 pagi di gedung yang sama.

Selama ini proses saling bergantian beribadah seperti itu sudah berjalan baik meski ada perselisihan. Meski proses  hukum dan gugat menggugat, serta klaim masing-masing pihak yang mengaku paling berhak menggunakan gereja telah berlangsung di pengadilan. Sebenarnya sudah ada juga semacam kesapakatan bersama yang dibuat dalam hal ini, di bawah  mediasi pimpinan Majelis Daerah (MD) GPdI Jakarta dan untuk beberapa tahun berlangsung statusquo.

Namun, kericuhan makin menjadi-jadi di awal tahun karena disinyalir pihak Pdt Boy Kembuan menafsirkan kesepakatan secara sepihak yang telah dibuat 2 Juli 2010. Di dalam kesepakatan yang melibatkan pimpina MD GPdI Jakarta ini, setidaknya menurut Pdt. Kembuan dan pendukungnya, batas pemakain jemaat Ellshaday yang dinyatakan sebagai peminjam, hanya sampai 2 Januari 2012.

“Kita sudah memberikan tenggak waktu sampai 1 minggu dari batas waktu. Kalau tadi gereja di tutup ya memang sudah seharusnya. Karena pihak sana tidak pernah melakukan perundingan soal kelanjutannya,” tegas Pendeta Boy Kembuan  kepada GAHARU. Kembuan juga menegaskan kembali bahwa dirinya sebagai satu-satunya pendeta yang sah ditunjuk MD di GPdI Jalan Mangga.

Apa yang dikemukakannya, dibantah tegas oleh Pdt Paul Refi lewat salah satu majelis dan juribicaranya, menegaskan bahwa butir kesepakatan tentang pemakaian hingga 2 Januari 2012 itu dibuat dan dikarang sendiri oleh Pdt. Boy Kembuan. Bunyi itu ditambahkan sendiri karena drafnya berbeda dengan isi kesepakatan bersama.

“Dalam kesepakatan bersama sebeleumnya dalam salah satu poin dianyatakan tegas bahwa Pdt. Boy Kembuan harus membayar sejumlah uang yang disepakati  dan  juga harus mengurus ijin gereja bagi Jemaat Ellshaday. Sebelum ijin itu didapatkan dan diberikan,  maka jemaat Ellshaday tetap bisa melakukan ibadah di gereja ini. Ini kesapakatan bersama dan disaksikan ketua MD,”  tegasnya.  Jadi pembatasan waktu itu oleh bersangkutan adalah akal-akalan dan pemalsuan membenarkan tindakannya.

Ketika hal ini diklarifikasi langsung, Pdt  Boy Kembuan awalnya bersikukuh dengan adanya poin pembatasan waktu tentang kesepakatan itu. Ketika diminta menujukkan draf  aslinya ternyata tidak bisa menunjukkan dan malah mengaku hanya mendapatkan fotokopi. “Waktu itu saya memang tidak setuju dengan syarat yang disebutkan terutama butir harus mendapatkan ijin untuk mereka. Kalau soal uang, saya sudah setorkan 50 juta ke mereka lewat MD,” tuturnya berkilah sembari mengatakan sudah berusaha mencari ijin buat mereka. 

Saling mengingkari soal poin kesepakatan menuduh pihak lain bersalah menjadikan kisrus ini semakin runyam. Namuun dengan alasan apapun, membiarkan jemaat kebaktian di depan  gereja dan di tengah gerimis apalagi jemaat itu awalnya memang jemaat di sana adalah sebuah perilaku kesombongan rohani dan bertentangan dengan Kristen.

Ketika GKI Yasmin prihatin beribadah  di jalan depan  gereja karena ditolak masyarakat lain, tragisnya hal yang sama ternyata  berlangsung di sebuah denominasi gereja Kristen yang justru melarang ibadah di gereja yang telah bertahun-tahun di tempati. Fenomena antichrist coming? Simak liputannya.    

Lanjut »

Segregasi


Segregasi (pemisahan berdasarkan ras) muncul/monumental pertama kali  dan banyak dibicarakan di Amerika pada 1954-1967, bersamaan dengan timbulnya perjuangan Martin Luther King, Jr yang terkenal dengan nonviolence movement. Meskipun, dari sisi historisnya segregasi sendiri sebagai aturan yang memisahkan Eropa Amerika (kulit putih) dan Afrika Amerika (kulit hitam)  sudah tercipta sejak penghapusan perbudakan di Amerika yang dipelopori Abraham Lincoln. Bisa dibilang segregasi adalah jalan terbaik pasca penghapusan perbudakan.

Namun memasuki pertengahan abad 20, segregasi yang begitu tertanam dan mendarah daging dalam diri Amerika menimbulkan ketidakadilan, tertinggalnya kulit hitam Amerika. Mereka juga menerima perlakuan buruk dan diskriminasi. Pemisahan semua fasilitas umum, sekolah, gereja, bus, rumah sakit dan lainnya. Puncaknya aksi kelompok Klu Klax Klan yang banyak membunuh kulit hitam.

Bangkitnya perlawanan tanpa kekerasan oleh Pendeta Baptis Martin Luther King, Jr dan kawan-kawan, meski harus mengorbankan nyawanya sebagai tumbal, terbukti sukses  meruntuhkan sekat-sekat dan belenggu segregasi. Momen kebebasan ini  ditandai dengan ditanda-tanganinya civil of right oleh Presiden Lyndon B Johnson yang menghapus segregasi dari bumi Amerika.

Sejarah membuktikan, pengakuan kebersamaan dan persamaan hak semua ras ini hanya butuh rentang waktu pendek, kurang 50 tahun kemudian mampu mengantarkan  Barrack Obama ke White House menjadi Presiden AS. Loncatan keberhasilan dari negara perbudakan, rasial hingga negara plural (majemuk) terjadi dan semakin baik.

Itu berlangsung di Amerika! Bagaimana dengan di Indonesia? Sepertinya berbanding terbalik. Sejak zaman Sriwijaya dan Majapahit, Indonesia terkenal dengan bangsa yang  tolong menolong dan bangsa ramah yang selalu hidup berdampingan. Ciri musyawarah dan mufakat dan tepo seliro dari suku-suka bangsa di Nusantara kemudian mengilhami dan  melahirkan negara Indonesia yang dibangun di atas dasar Pancasila, UUD 1945, Kebhinnekaan dan NKRI.

Atas semua itu kita bangga sebagai bangsa Indonesia. Era Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto semangat ini terus dijaga sehingga membawa bangsa yang kuat. Namun seiring dengan masuknya Era Reformasi, secercah harapan masih muncul di Era Presiden Abdulrahman Wahid yang terkenal plural dengan beberapa  keputusannya monumental mengakui Kong Hu Chu dan menghapus cap komunis. Namun itu hanya berlangsung sementara di masa-masa sekarang Indonesia seolah bergerak mundur malah terjebak ke segregasi.

Kepastian hukum yang tidak ada telah melahirkan pelarangan ibadah dan ujungnya tidak terjamin kebebasan beragama. Timbulnya tindakan anarkis sekelompok orang makin marak untuk memaksakan kehendaknya. Bahkan, tragisnya lagi belakangan ini masyarakat semakin cenderung memperjuangkan kepentingan kelompok, suku dan agamanya.

Jangan heran dalam bentuk kecil segregasi telah masuk dan merebak ke bangsa ini. Lihatlah bahwa ada perumahan yang mencantumkan terang-terangan hanya menerima golongan seagama. Ada salon juga yang hanya menerima satu agama. Bukan tidak mungkin fenomena ini akan terus berjalan dan membuat semua agama di Indonesia akan mengelompok menjadi ghetto-ghetto, agar bisa membela dan mendirikan agamanya. Belum lagi perda-perda yang terus mengakodomir kepentingan tertentu. Apakah Indonesia bergerak mundur?

Selaras dengan kondisi bangsa, segregasi sebenarnya terjadi juga dan melembaga dalam gereja. Bahkan di Indonesia fenomena ini sudah menguat lama. Gereja selalu terkotak-kotak dalam tembok-tembok bangunan dan aliran. Orang Kristen bahkan selalu menyebut yang lain dengan “sinis” dengan cap meanstream, kharismatik dan katolik. Seolah kita ini alergi dengan umat Kristen yang satu.

Manakala gereja yang satu dilarang, yang lain cenderung diam dan cuek, berpikir selama gerejanya tidak diganggu. Segregasi itu juga masih kental terlihat saat menikah meski sesama Kristen, masih belum bisa menerima satu sama lain. Buktinya, ribuan pasang pemuda gereja tiap tahun menjadi korban. Mereka tidak jadi menikah hanya karena beda aliran gereja. Sebuah fenomena aneh disaat semua gereja mengaku mengajarkan kasih Yesus Kristus yang berlandaskan ut omnes unum sint

Lanjut »

Aku Tidak Takut


Rasa takut memang ada disetiap orang tanpa terkecuali. Entah itu takut gagal, takut kegelapan dan takut kena marah atau takut tak mendapat jodoh ha ha. Dari perasaan takut itu kadang membuat kita kehilangan akal bahkan mengalahkan iman dan percaya. Makanya Tuhan Yesus banyak sekali mengatakan jangan takut dalam firmanNya. Berapa ya jumlahnya kata jangan takut itu he he lupa tanya aja deh pak pendeta berapa kali ya pak.. kata-kata jangan takut dari Tuhan Yesus. Kalau ngga salah lho ya sebanyak hari dalam satu tahun bener ngga ya ha ha…

Terlepas dari berapa banyak Tuhan Yesus mengatakan jangan takut pada murid-muridnya termasuk saya dan anda ha ha.. percis kotbahnya pak pendeta diakhir kotabh aja he he. Artinya bahwa manusia itu selalu diliputi ketakutan alias kekhawatiran. Kenapa bisa jadi rasa takut itu akibat dosa dengan merujuk kisah Adam ketakutan mendengar langkah-langkah Tuhan di Taman Eden. Akibat dia melanggar perintah Tuhan kasarnya inilah awal pemberontakan manusia kepada sang Khaliknya. Apa mungkin dari situ ya awalnya rasa takut itu,  ya pasti itu he he kata siapa…

Dijahilin Anak

Cerita rasa takut seperti yang dialami seorang ibu sebut saja ibu Tata. Ibu tiga anak ini memang boleh dibilang kelewatan ketakutannya. Sekalipun di rumah sendiri kalau mau ke kamar mandipun harus dijagai. Apalagi ibu Tata ini rumahnya bertingkat kebetulan kamar mandinya di lantai atas. Sehingga kalau mau mandi terutama malam minta di temenin. Padahal kalau ditanya kenapa takut ibu Tata itupun ngga bisa kasih jawab, paling-paling jawabnya ya takut aja ha ha... emang dasar. Takut tak beralasan.. he he, siapa bilang bisa jadi takut kesepian ha ha…eh bukan ding takut karena sepi kalie.

Makanya bu jangan suka lihat felem horor… jadi takut khan. Nah ada kejadian suatu sore kira-kira jam 19-an ibu Tata minta ditemenin anak lelakinya yang masih sekolah minggu. Sementara ibu Tata ini rajin anterin anaknya sekolah minggu juga sehingga lagu-lagu yang diajarkan di sekolah minggupun kadang ikut-ikutan dinyanyiin. “Nak jangan kemana-mana ya temenin ibu dulu,” kata ibu Tata berpesan pada anaknya. Dan ibu Tatapun masuk kamar mandi. Anaknya duduk di luar sembari nungguiin. Biasa sembari gebyar-gebyur bu Tatapun bersenandung I’m not afraid dan dinyanyikan berulang-ulang. Anaknya sebut saja Tato dari luar senyam senyum. “Bener nich ibu I’m not afraid,” bisiknya dalam hati. Karena nyanyian itu terdengar sember dan berulang-ulang akhirnya Tato muncul ide jahil he he. Pelan-pelan Tato beringsut dari kursinya dan berjingkat-jingkat turun ke bawah.

Dibiarkan ibunya yang penakut itu mandi sendirian di atas. Tanpa menyadari kalau ditinggal anak laki-lakinya, karena tak sadar ibu Tatapun tetap bersenandung aku I’am not afraid artinya saya tidak takut itu ha ha.

Marah Bercampur Geli
Setelah dirasa selesai membersihkan badan, ibu Tata keluar dari kamar mandi. Namun dilihatnya anaknya Tato sudah tidak ada lagi. Sadar akan kesendiriannya ibu Tata teriak, “Tato kemana kamu”. Mendengar panggilan ibunya itu Tato langsung naik ke atas dan bertanya kenapa? “Dasar suruh nemenin ibu malah ninggalin” teriaknya setengah marah. Tanpa berdosa Tato menjawab, “ Lho katanya ibu tidak takut”. Ibu Tata masih bersungut gimana tidak takut makanya ibu minta diteminin, kok malah ninggalin. Cerocosnya. Tatopun masih tenang tapi tadi ibu bilang saya tidak takut. Sang ibu tambah marah. Namun dengan santai coba ibu inget di kamar mandi tadi ibu kan bilang I’m not afraid itu artinya kan aku tidak takut kan... jelasnya tersenyum. Karena ibu tidak takut makanya Tato tinggal.

Mendengar jawaban anaknya itu ibu ini baru sadar. Oh iya ya bener juga tadi nyanyiannya kan aku tidak takut ya he he,. Tapi dasar orang tua yang ngga mau kalah sama anaknya. Dengan entengnya di jawab, “Itu kan cuma nyanyian aja,” sambil menahan rasa geli. Karena diam-diam mengakui bahwa anaknya memang benar kalau sudah tidak takut kenapa minta ditemenin he he... hati-hati makanya bagi para ibu jangan remehkan anak-anak sekarang akalnya sudah panjang-panjang ha ha  .. akal kok panjang  mbok banyak gitu he he terserah aja deh apa yang mau bilang ha ha...   

Lanjut »

Terpanggil Melengkapi para Leader


Dimanapun Tuhan tempatkan harus mampu menjadi terang dan garam melalui pelayanan kita

Bidang pelayanan sesungguhnya sangat melekat dengan ibu yang murah senyum dan ramah ini. Vivien Limengka demikian nama isteri Ferdy Limengka seorang dokter bedah yang rendah hati. Berbicara pelayanan bagi ketua Haggai DKI ini sudah dimulai sejak kanak-kanak. Malah bisa dibilang sejak mengenal Yesus sudah belajar melayani. “Namanya melayani kan ngga harus jadi pendeta saja ya kan”, terangnya mengawali perbincangan siang itu. Salah satu pelayanannya antaranya dengan mempersembahkan talenta suaranya.

Bersama adiknya yang juga pencipta lagu lewat suaranya yang merdu beberapa kali merekam suaranya. Malah melalui talenta bernyanyi Vivien juga diundang mengisi pujian di gereja gereja. Baik menyanyikan bahasa Indonesia maupun lagu rohani Manado. Sementara dalam pembuatan album sidah tiga album sendiri dan sekitar tujuh album keroyakan atau kompilasi. Sedangkan saat ini mempersiapkan album berikutnya, namun karena kesibukannya di ladang pelayanan Hagai sehingga belum kelar. “Dalam pelayananpun harus ada skala prioritas, ujarnya tertawa renyah.

Vivien yang berjemaat di GKI Harapan Indah, Bekasi. Di gerejanya dipercaya menjadi majelis jemaat. Sedangkan di tingkat klasis Priangan juga menjadi majelis yang membidangi mengenai pembinaan remaja. Tentang keterlibatannya di banyak pelayanan, Vivien berprinsip seseorang yang telah menerima Kristus harus mampu menjadi terang dan garam dimanapun ditempatkan, saksinya serius.

Mentraining Pemimpin

Pada dasarnya setiap orang menjadi pemimpin, paling tidak bagi dirinya sendiri dan keluarganya. Namun pemimpin yang seperti apa, itu pertanyaan lain. Pimpimpin disini adalah ketika orang melihat lalu bisa menerima cara kepemimpinan dan menjadi teladan. Sehingga orang dapat menerima kabar baik itu dengan tanpa tersinggung.

Vivien merasa dengan mengikuti training semakin diperlengkapi dengan menjadi majelis di gerejanya. Pengalaman dan pengetahuan selama training sangat bermanfaat terutama dalam melengkapi pelayanan gerejawi. Dari apa yang dialami Vivien beruntung ada undangan dari temen yang mengajak mengikuti training kepemimpinan. Disinilah Vivien benar-benar merasa mendapatkan bekal yang baru bagaimana melalui profesinya tetap bisa menyampaikan kabar baik. Dan itu diperoleh saat ikut training di Hagai institute tersebut, terangnya bangga.   

Karena ternyata melalui training setiap orang yang ikut merasa diperlengkapi bekal yang baru. Bagaimana menjadi pemimpin menurut kebenaran firman Tuhan. Selain itu bagaimana seseorang bisa menjadi kitab yang terbuka di depan semua orang. Makanya untuk menjadi peserta trainingpun tidak sembarang orang. Salah satu caranya peserta dipilih berdasarkan ajakan atau rekomendasi dari alumni. Dengan demikian lebih pada dari mulut ke mulut-lah untuk menjadi peserta training itu, jelasnya tersenyum.

Pertanyaannya kenapa dalam menentukan peserta training memakai cara rekomendasi dan tidak melalui iklan. Alasannya karena mencari orang-orang yang berkomitmen dan mau diperlengkapi menjadi top leader, beber ibu dari Ardy,Vindy, Winda dan Christy ini.

Materi dalam training ini bukan bicara tentang alkitab lagi. Mengapa,  karena rata-rata pesertanya mereka sebetulnya orang yang sudah hebat-hebat dari profesi yang berbeda cuma perlu ditambahkan strategi saja, urainya. Untuk itu materinya lebih pada bagaimana mereka bisa diperlengkapi dalam memberitakan kabar baik. Melalui berbagai profesi yang digelutinya. Baik sebagai rohaniawan, pendeta, pengerja dan juga kaum profesional, ujar ibu yang tahun 2000-an ini menjadi peserta training.

Lintas Gereja dan Profesi
Lembaga yang berpusat di luar AS ini memang membuka jejaring di negara-negara berkembang. Sedangkan masuk di Indonesia sendiri tahun 1972. Kembali pada waktu training kalau yang namanya area seminar itu hanya dua hari dua malam dan ini diperuntukkan untuk pesertaumum. Tetapi ada in- house dimana pesertanya dikhususkan seperti gereja-gereja atau instasi dari kantor-kantor tertentu. Seperti saat ini ada permintaan dari gereja HKBP supaya majelis atau sintuanya dibekali, terangnya. Selain itu ada gereja-gereja yang sudah mengikuti seperti GBI, GPdI bahkan GKI itu sendiri. Sekali lagi bahwa dalam training tidak bicara teologia lagi. Karena memang dalam satu training itu pesertanya ada dari berbagai lintas denominasi ada karismatik, mainstream  ada Katholik, ungkap mantan sekretaris Haggai DKI ini.

Lebih lanjut Vivien mengatakan bahwa bagi peserta yang lulus dari training ini diharapkan bisa membuat seminar yang sama. Terutama dilingkungan ataupun disekitar profesi mereka masing-masing. Dengan catatan tetap dengan ikatan dan sesuai polisi yang ditentukan dari pihak pusat. Dan tak boleh berjalan sendiri dan yang menyelenggarakanpun terdiri dari alumni-alumni. Sementara selama seminar ada pendampingan dan bahan-bahan dan pengajarpun harus dari pusat jadi ada standart, tegas ibu yang tetap awet muda ini.

Program pelayanan HAGGAI tahun ini ada sekitar dua puluhan lebih seminar yang harus diselenggarakan. Tentang lama training agak berbeda dengan yang di pusatnya Hawai. Disana training dilakukan hampir sebulanan, tentu dengan materi yang lebih banyak. Sementara yang di Indonesia training empat hari full. Terlepas dari rutinitas sehari-hari dengan dengan harapan peserta training lebih fokus terhadap materi yang diberikan.

Diharapkan selepas training tiap orang memiliki paradigma baru lebih ber karakter dan strategis dalam memimpin. Dengan demikian banyak jiwa yang diselamatkan, tandas ibu yang membuat album rohani karena ingin seperti putrinya yang sudah membuat album terlebih dahulu tuntas.           
       

Lanjut »

Orang Kristen Sebagai Penyeimbang

Bicara dengan tokoh muda satu ini bak buku yang terbuka. Hampir pengetahuan seputar hukum, sosial politik dan gereja sangat dikuasainya. Doktor Ludywik Gultom rektor Universitas Krinadwipayana yang mengaku murid Prof. Gayus Lumbuun yang kini menjabat Hakim Agung (MA) ini. Siang itu berbincang hangat dengan GAHARU bagaimana pandangannya tentang KPK yang baru, korupsi yang masih terus merebak dan bagaimana pula sikap orang kristen khususnya lembaga aras gereja menghadapi kondis bangsa dan negara. Dengan runut Gultom yang sering disapa mas Tom yang selau ingat pesan ibunya jangan kasih kekayaan kepada anak-anak kalau nanti bisa lupa diri ini berbagi pengalaman berikut suntingannya

Bagaimana dengan KPK dibawah kepimimpianan Abraham Samad ?
Menurut sumber dari dalam KPK sendiri saat ini sedang gelar perkara untuk mengurai jaringan kasus yang ditangani. Dan rencana akan dibuka semua sampai jaringan besarnya istilahnya ketua besarnya. Dan hingga kini mereka mengkaji dan bekerja keras untuk memecahkan masalah ini. Memang banyak harapan yang dibebankan kepada mereka terutama yang protes-protes itu. Apalagi Abraham sendiri berjanji setahun kalau tidak berhasil akan mundur. Dan ini semuanya  bisa dilakukan asal Abraham siap menanggung risiko terburuk sekalipun.

Seperti apa risiko itu
Abraham harus siap ditembak sebagai tumbal, dan masalah ini kan sudah ada  contohnya bagaimana jaksa dan hakim ditembak karena suatu perkara.

Kalau kondisi seperti ini apa mungkin korupsi bisa dibersihkan?
Begini ya saya sendiri kok jujur saja tak terlalu tahu bagaimana merombak korupsi di negeri ini. Kenapa, bangsa kita ini kan termasuk bangsa yang tidak tegaan, sungkan dan lebih banyak tepo slironya.

Berati tak ada tindakan?
Ya bisa tetapi itu pasti berpengaruh, bagaimana memberikan uang kepada seseorang sebagai balas jasa. Ini kan persoalan budaya juga. Dan mampukah Abraham merombak budaya itu semua. Sekali lagi Abraham bisa syaratnya memang berani mati sebagai tumbal ini semua. Semua ini persoalan terletak di Abraham sendiri dalam penyelesaiannya. Tidak dilarang dan diwajibkan untuk melokalisir persoalan bisa jadi memang ini sistemik. Makanya oleh wartawan Abraham selalu dipanas-panasi persoalan bos besar dan bos kecil.

Menurut anda sejauh ini penindakan KPK?
Memang lembaga ini sifatnya ad hoc, jadi kita harus memahaminya. Dimana sistem yang dipakai saat ini terputus jadi hanya yang terbukti saja. Tanpa harus melibatkan atasanya. Kasus Busway misalnya padahal bicara persetujuan mesthinya kan atasanya tahu. Tetapi sampai dijatuhi vonis atasannya sebagai saksipun tidak. Dan ini pula yang nantinya dihadapi ketua KPK kita saat ini. Bagaimana mengurai dan menagkap bos kecil dan bos besarnya. Kembali menengok bagaimana Antasari itu hanya gara-gara satu statementnya yakni mau mengaudit IT hasil pemilu 2009, akhirnya dikriminalisaskan dan dijebloskan ke penjara.  

Jadi kalau kasus Antasari itu hanya jebakan?
Misalkan begini kita ini saja sebagai laki-laki apa kira-kira juga pantas berhubungan dengan gadis candy itu. Ini saja kita apalagi sekelas Antasari masak sih seperti itu. Makanya Cyrus Sinaga dikorbankan dan akhirnya sampai nangis-nangis sekarang. Tetapi juga tak ada daya karena di kejaksaanpun terstruktur sistemnya.

Lalu bagaimana cara mengatasi korupsi ini?
Ada pepatah dimana bumi berpijak disitu langit dijunjung artinya budaya itu sudah sangat melekat dalam kehidupan kita. Ada pertanyaan lain kira-kira apa sikap SBY sebagai presiden  besannya dipenjarakan. Terlepas alasan demokrasi atau apapun pasti ada perasaan ketersingungan. Nah disinilah sebetulnya butuh penjabaran yang jelas dalam mengatasi persoalan korupsi di Indonesia.

Saat ini kita bangsa Indonesia dalam membahas setiap sesuatu atau berjalan ke segala sesuatu tanpa ada basic budayanya. Adanya hanya mencomot sana sini dari negara lain tanpa merumuskan budaya setempat. Makanya kalau peratuan itu dijalankan seringkali terjadi benturan saat diberlakukan, tak aneh karena memang bertentangan dengan buadaya setempat. Dengan dasar ini saya tak berkebaratan jika suatu daearh diperlakukan perda syariah. Lalu kita bisa belajar dulu, kalau ada konflik tentu kita buat kentetuannya ini normatif.

Soekarno memang menyatakan bahwa Indonesia bukan negara agama tetapi bagi umat muslim boleh memperjuangkan piagam Jakarta itu. Untuk itu Yusril Isa Mahendra mengatakan bahwa piagam Jakarta masih menjiwai UUD 45 itu. Makanya ada daerah-daerah yang memberlakukan perda syariah dan ini sepertinya terus menguat.

Terus bagaimna melihat realiats itu sebagai orang kristen?
Ada dua kemungkinan berjalan terus atau kembali pada masa-masa pak Harto, tentu masih ingat bagaimana sewaktu pemerintahan pak Harto keras. Kalau ada orang berani ngomong SARA ditangkap. Namun kenyataannya hanya 32 tahun bertahan selepasnya kembali lagi liar. Dan saat ini orang begitu mudahnya membicarakan masalah agama bahkan seenak jidatnya sendiri. Dengan pengalaman ini tidak mungkin lagi mundur kebelajang.

Kalau begitu ngga bisa  mundur?
Ya harus diluruskan makanya orang Kristen di Indonesia sebagai penyeimbang dan tentukan dulu fungsi kita dimana. Kalau orang kristen bukan sebagai penentu, pasti mereka tidak keberatan. Dengan tetap memposisikan sebagai penyeimbang. Dengan demikian akhirnya merakapun menyeibangkan juga itu pasti.

Untuk menjadi penyeimbang ada syaratnya dimana internal kekristenan harus solid dulu, PGI, PGLII dan PGPI itu bisa bersama-sama. Kalau perlu dilebur dengan nama yang baru atau bentuk semacam federasi. Paling tidak PGI mengakomodir ormas-ormas kristen dan partai politik sekalipun sehingga akan mudah memposisikan sebagai penyeimabang. Dan usualan ini sudah dismpaikan sekum PGI Gomar Gultom, entah kenapa belum ada tindak lanjut.

Kembali kepada pemerintahan SBY ini seperti apa?
SBY tak salah.. cuma kita ini salah sangka kalau sudah masuk reformasi kita katakan zaman yang lalu salah dan ini pasti bisa berubah. Demikian juga hukum yang berkembang dari nilai-nilai dan kebiasaan kita. Padahal harusnya duduk bersama dan dirumuskan. Seperti kasus sendal jepit di pers bisa dibebaskan tetapi kalau hukum tetap harus dilaksanakan Cuma ada perbedaannya karena anak-anak hakim tak memakai jubahnya.

Demikian juga dalam merumuskan tuduhan korupsi kita ini juga salah. Karena bicara korupsi itu macam-macam. Bisa karena kebutuhan, kerakusan dan korupsi karena keterpaksaan. Makanya perlu dikaji pemakian istilah korupsi kalau di Malaysia disebut rasyaw. Sedangkan dalam literatur kita disebut ada pencurian, penyuapan dan akan lebih baik disebut perampok. Apa bangga kalau ada keluarganya disebut perampok kan ngga. Sementara kalau tuduhan korupsi bisa karena unsur cemburu dan siapa yang dapat dan belum saja. Nah istilah korupsi pernah saya usulkan diganti dengan perampokan uang negara misalnya. Namun hingga saat ini belum ada tanggapan. Jadi bicara penyelesaian korupsi di era reformasi atau SBY sebetulnya tidak nyambung.

Maksudnya
Begini coba sekarang perhatikan antara orde lama, orde baru dan orde reformasi itu berbeda-beda dan tidak ada kaitannya satu dengan yang lain. Bayangkan saja apa ada program yang dilanjutkan setiap periodenya. Orla membuat itu sebaliknya orba demikian pula orde reformasi membuat beda lagi. Coba negara semacam apa kita ini kan tidak layak sebagai negara. Pernah saya usulkan pada sekjend PDI masa Alex Litaay untuk mba Mega mendamaikan keluarga Soekarno dan Soeharto. Namun nyatanya mba Mega tidak melakukan itu. Sehingga bisa dikatakan sejarah kita ini memang terputus-putus.

Lalu untuk generasi mendatang bagaimana?
Pernah saya usulkan dengan ketua STT Jakarta untuk menambahkan mata kuliah sejarah bernegara di seluruh STT Indonesia ini. Dengan harapan mahasiswa tahu bagaimana sejarah bernegara dan berbangsa. Dengan harapan ketika  pendeta masuk politik jadi lain. Memang saat ini ada yang terjun ke politik dengan baik itu karena belajar sendiri atau terlibat menjadi aktivis seperti Saut Sirat dan Jerry Sumampaw.

Karenanya bicara politik Kristen pasti Kristus selain itu politik kriten harus melihat terang Yesus dari sudut kebangsaan. Jadi kehadiran kitapun berbeda. Syaratnya untuk bisa politik kristus ya selesaikan persoalan internal kekristenan ini. Sehingga posisi kristen mampu menjadi penyeimbang. Dan ini terjadi pada masa Soekarno dengan dibentuknya PGI sedangkan zaman Soeharto kekristenan hanya sebagai alat. Dan di era reformasi harus berupaya menjadi penyeimbang kembali.

Makanya saya mengkritisi apa yang diperjuangkan Taufiq Kiemas tentang empat pilar itu salah. Kalau Pancasila sebagai bagian empat pilar. Pertanyaannya lalu dasarnya apa. Bicara Pancasila itu dasar negara kalau pilar itu kan bagian tiang saja. Maka jangan salahkan dasarnya bisa diisi apa saja sesuai dengan kemauan sendiri dan ini sangat bahaya. Jadi bicara pilar oke saja Bhineka Tunggal Ika, sumpah pemuda itu boleh-boleh saja. Dan ini perlu diluruskan terlepas alasannya biar dengan sebutan pilar semua komponen yang sudah alergi pancasila dapat menerima kembali. Tetapi sekali lagi itu mebahayakan dasar negara kita. 

Lanjut »

Pemerintah Tidak Wibawa

Lahir di Subang, Jawa Barat, 28 Februari 1954 Massardi adalah salah satu sastrawan Indonesia yang cukup produktif melahirkan karya-karya sastra. Karya-karyanya seperti; Penjarakan Aku Dalam Hatimu, Arjuna Mencari Cinta, Arjuna Mencari Cinta Part II, Ding Dong, Yudhistira Duda, Arjuna Wiwaha, Forum Bang Karung, Wanita Dalam Imajinasi, Rudi Jalak Gugat, dan Sajak Sikat Gigi. Pernah aktif bekerja sebagai wartawan Tempo, pria ini juga gemar menonton film dan mendengarkan musik, Yudhis banyak menulis lirik yang kemudian dilagukan duet kakak-beradik Franky dan Jane. Pendiam, lebih banyak senyum ketimbang ngomong, ia menyenangi warna cokelat dan kuning gading.

Pemikiran, pandangannya untuk bangsa ini sangat kritis. Baginya menginginkan perubahan harus dibuktikan dengan sebuah pergerakan dan tindakan. Itulah sikap yang ditunjukkan oleh pria mantan jubir era presiden Gus Dur yang aktif dalam setiap gerakan ini. Yudhistira Anm Massardi dipercaya sebagai komunikator yang mengkomunikasikan pemikiran-pemikiran perubahan pada banyak pihak sekarang ini. Kegiatan itu dibuktikan beberapa waktu lalu dengan menggerakan banyak kelompok untuk membuat sebuah perubahan yang diyakini bisa merubah kehidupan rakyat.

Sekarang mewakili Rizal Ramli dalam menjabarkan pemikiran-pemikirannya dengan rumah perubahannya yang ditransformasikan pada banyak pihak juga pada mereka yang belum paham kenapa harus bergerak. Pada GAHARU dia sampaikan pandangannya untuk bangsa ini.


Banyak peristiwa saat ini yang mengorbankan rakyat kecil, seperti kejadian di Bima dan Mesuji, menurut Anda?

Ada tiga hal atau masalah yang paling menonjol di negara kita ini. Yang pertama kekerasan antar warga atau warga dengan aparat, yang ke dua, soal korupsi dan ketiga soal elit dan para pemimpin yang terlalu banyak mengumbar janji, banyak berbohong pada masyarakat, yang mengakibatkan rakyat tidak lagi percaya pada aparat negara. Masalah kekerasan, kalau antar warga itu biasanya dipicu seolah-olah oleh perbedaan agama atau konflik keagamaan. Atau konflik antar kampung.

Kalau konflik antar warga dengan aparat biasanya dipicu oleh dua hal, pertama soal lahan, yang menjadi hak rakyat yang dirampas oleh pemilik modal yang sudah membeli kekuasaan dan yang biasanya untuk tambang atau perkebunan, atau kerusakan lingkungan. Masalah korupsi dari bawah sampai ke atas. Kemudian rasa keadilan yang hilang dari masyarakat. Dibanding dengan kasus korupsi, kami melihat bahwa pangkal dari semuanya itu adalah soal kepemimpinan nasional yang sangat tidak berwibawa, suka berbohong dan terlibat dengan skandal-skandal masalah besar yang membuat dia tidak tegas. Jadi bukan SBY yang karakternya tidak tegas, karena dia punya banyak masalah yang membuatnya tidak tegas. Karena konflik-konflik yang terjadi sekarang ini karena tidak ada ketegasan dari pemerintah yang akhirnya membuat malapetaka besar dimasyarakat. Antara lain seperti masalah tanah, hak rakyat banyak yang dirampas. Ini bukti ketidakmampuan pemerintah yang diawali dari disanderanya pemerintah dengan banyak masalah.

Jadi intinya ada dikepemimpinan nasional. Itulah sebabnya problem-problem yang ada dikelompok-kelompok masyarakat ini, seperti masalah agrarian, karena pemerintahnya lemah. Kemudian masyarakat yang berkonflik dengan aparat karena masalah perkebunan atau pertambangan yang sudah membeli kekuasaan. Seperti di Mandailing Natal, Miranti, Riau, Sumatera barat, pokoknya dibanyak tempatlah. Pemerintahan SBY ini banyak memihak pada pemilikan modal. Dengan problem-problem ini dari Rumah Perubahan menyelenggarakan konggres perubahan beberapa waktu lalu yang menghasilkan sebuah kesimpulan apa yang harus dilakukan. Dan untuk mengawali, kita akan melakukan gerakan-gerakan.

Intinya lebih pada perubahan, termasuk aparatnya?

Betul, dan ini yang bisa memperbaiki nasib rakyat, yaitu dari rakyat sendiri. Tidak bisa tergantung pada pemerintah. Karena ini gerakan rakyat, pesan dan harapan kita bisa berjalan dengan damai dan tetap bisa menjaga kebhinekaan, agama, etnis maupun yang lainnya.

Sejauh mana Anda melihat keberagaman dan keberagamaan di bangsa ini?
Saya melihat bahwa dimasyarakat ini tidak punya benih konflik keagamaan, semua ini terjadi akibat lemah dan ketidaktegasnya pemerintah dan tidak tegaknya hukum. Padahal kalau diproses semuanya ini adalah kriminal. Kalau pelanggaran-pelanggaran ini diurus secara hukum, masalahnya sudah selesai. Jadi bukan lagi urusan agama, tapi penegakan hukum. Tapi aparat hukum kita karena pemerintahnya seperti begini jadi ikut lemah. Jadi terhadap kelompok-kelompok yang memiliki kekuatan politik, masa atau uang, hukum tidak pernah berjalan. Masyarakat melihat bahwa hukum bisa tajam, kalau kebawah atau pada kelompok-kelompok rakyat kecil dan tidak memiliki akses politik atau tidak punya uang. Seperti pencuri sandal, mangga, pisang dan lain-lain. Inilah yang menimbulkan keresahan di masyarakat. Jadi kita menterjemahkan itu sebagai kelemahan dari pemerintah dan itu yang kita sosialisasikan pada masyarakat.

Banyak kalangan mengatakan bahwa demokrasi kita sudah menuju pada kematian menurut Anda?
Saya tidak setuju dengan pemikiran bahwa demokrasi menuju pada kematian. Kalau demokrasi tidak berjalan karena tidak ada penegakan hukum. Orang dari hasil mencuri, dapat uang, membeli demokrasi, membeli suara dan memanipulasi opini dengan promosi dan lain-lain dengan menggunakan uang hasil curian,  tapi tidak pernah ditindak secara hukum. Pelanggaran-pelanggaran dalam sistem demokrasi tidak pernah di tegakkan sanksi hukumnya. Akibatnya para pemenangnya ya pimpinan itu juga. Itulah yang berakibat demokrasi itu tidak bermanfaat buat bangsa indonesia.

Rakyat yang bisa merubah hidupnya sendiri sekarang ini. Kalau boleh tahu apa yang masyarakat Indonesia bisa lakukan untuk menuju sebuah perubahan?
Rakyat harus menggunakan hak pilihnya dengan benar, tidak lagi terbuai dengan uang Rp. 50.000,- atau janji-jani yang manis yang sering diberikan oleh para kandidat. Banyak masyarakat kita yang masih belum memahami arti demokrasi dengan menggunakan hak pilih dan hak suaranya. Selama ini demokrasi kita mudah dibajak oleh para perampok.

Jadi masyarakat kita masih terjebak dengan situasi yang seperti itu selama ini?
Memang benar, tapi pada akhirnya selalu ikut yang diatasnya. Kalau yang diatas lurus, yang dibawah atau masyarakat juga bisa ikot lurus. Kalau masyarakat seperti itu karena memang para elit politik kita mengajarkan hal-hal yang tidak benar pada masyarakat. Jadi akhirnya seperti ini dampaknya.

Kalau ada pemimpin yang lurus dan berbeda dengan yang sudah biasa, malah tidak diikuti!!
Itu dia, karena itu harusnya para pemimpin bisa pro rakyat, jadi semua itu tergantung pada pemimpinnya. Khususnya di penegakan hukum

Tapi hukum kita sekarang ini juga amburadul!
Kita berharap mudah-mudahan gerakan perubahan yang sekarang melanda masyarakat kita sekarang ini juga bisa membuat perubahan yang lebih baik.

Jadi gerakan perubahan ini juga pada bidang hukum?
Betul, juga bidang ekonomi dan yang lainnya.

Lanjut »

Dari Penjara Tuhan Memperbaharui Panggilannya

Tuhan mengisi bejana yang sudah rusak, dan Dia perkenankan dirombak dan diberikan karuniaNya, Kekuatan kuasaNya dan Tuhan hias sehingga menjadi pajangan yang indah

Kalem dan tenang sikapnya yang bersahaja merupakan sosok yang tepat sebagai hamba Tuhan. Meskipun posisinya sebagai owner sebuah perusahaan property cukup mapan. Bukan dilayani tetapi melayani komentarnya, saat pendeta Jimmy Tampi gembala sidang GESBA gereja segala bangsa dengan jemaat New Life ini menerima GAHARU di kantornya, di bilangan Kuningan Jakarta Selatan. ”Maaf ya agak nunggu lama” sapanya mengawali berbincangan hangat siang itu. Pendeta yang juga ketua kerukunan Kawanua ini dengan runtut bercerita bagaimana menjalani usaha yang sekaligus menggembalakan gereja seribu jemaat itu. “Panggilan itu sebetulnya sudah sejak anak-anak, namun karena saya melihat kehidupan hamba Tuhan waktu itu yang sederhana dan cenderung susah. Makanya saya tidak menerima panggilan itu lalu malah bekerja”, kenang ayah enam anak ini.
           
Pertimbangan pendeta miskin dan hidup ala kadarnya itulah yang membuatnya abai. Meskipun beberapa kali panggilan itu selalu mengingatkannya. Memang secara manusia bisa dipahami maklum Jimmy terlahir dari sebuah keluarga yang cukup mapan. Selain pandangannya kalau melayani jangan sampai minta-minta. Tetapi bagaimana dalam pelayanan bisa dicukupkan Tuhan melalui pekerjaannya. Namun kalau akhirnya kini terjun pelayanan dibalik kesibukannya memimpin perusahaan di PT Kenos sebuah perusahaan yang bergerak dibidang property lantaran suatu peristiwa yang membuatnya harus tunduk, kenangnya berkaca-kaca.

Ditempelak Tuhan

Seperti Yunus yang lari dari panggilan Tuhan demikian pula Jimmy muda. Lepas kuliah lalu pergi meratau mencari kerja ke bumi Cendrawasih. Disana Jimmy bekerja hingga bisa membuka usaha sendiri dengan menjadi kontraktor. Hidup mapan semakin melupakan panggilan Tuhan. Prinsipnya dengan kekuatan sendiri toh bisa hidup baik, pikirnya waktu itu. Dengan menjalin kerjasama dengan petinggi negeri baik eksekutif maupun legeslatif orang-orang terkenal dianggapnya menjadi jalan sukses.

Sampai pada suatu ketika Tuhan menempelak dirinya, usahanya mengalami kegoncangan akibat ditipu rekan bisnisnya. Akibatnya harus menanggung segala utang-utangnya hingga menyeretnya ke dalam bui, “Sedikit sih cuma lima tahun merasakan pengabnya penjara he he,” kelakarnya siang itu. Meskipun secara badani sudah tak berdaya karena hidup di bui. Tetapi untuk mendengar kembali panggilan Tuhan tak kunjung dilakukan. Pergumulan panjangpun dilalui antara menerima panggilan itu atau tidak. Delapan bulan di penjara Jimmy masih terus berkutat berusaha mengelak terhadap panggilan itu. Sampai Tuhan menyatakan melalui mimpi, dalam mimpi itu Jimmy dibawa ke sebuah tempat dan ada suara orang minta tolong, anehnya saat didekati sumber suara itu Jimmy merasakan tubuhnya sangat panas, “Ini akibatnya kalau kau hidup diluar Aku (Tuhan), bunyi suara dalam mimpi itu jelasnya.
Meskipun hidup dalam penjara tetapi pemeliharaan Tuhan luar biasa sehingga penjara yang terkenal angker tetapi Tuhan melindunginya. Menyadari semua itu lalu sedikit demi sedikit Jimmy mengenang kembali akan panggilan Tuhan. Dan mulailah tergerak untuk aktif dalam pelayanan di penjara artinya komitmen terhadap panggilan itu diperbaharui kembali, terangnya.

Belajar Melayani Tuhan

Tak bisa mengelak dari panggilan Tuhan akhirnya Jimmypun harus tunduk pada Tuhan dengan memenuhi panggilan. Bermula di penjara akhirnya belajar melayani sesama napi. “Dari dalam penjara Tuhan bentuk saya untuk dipersiapkan menjadi pelayannnya,” kenangnya berkaca-kaca. Berawal dari melayani sesama napi itulah Tuhan memperlengkapi. Salah satunya adalah talenta kesembuhan, dan luar biasanya selama melayani di LP Merauke ibadah juga di buka untuk orang luar ikut ibadah umum. Bukan itu saja selama di penjarapun banyak yang mengundang untuk pelayanan. Sehingga Tuhan mengisi bejana yang sudah rusak, dan Dia perkenankan dirombak dan diberikan karuniaNya, Kekuatan kuasaNya dan Tuhan hias sehingga menjadi pajangan yang indah, kenang Ketua Kawanua Minsel ini serius.

Lima tahunan lebih mendekam penjara akhirnya Jimmy setelah lepas diajak temen ke Jakarta. Jujur bahwa pergumulan dialaminya bagaimana dengan menghidupi keluarga. Untuk itu dia berdoa pada Tuhan supaya diberikan pekerjaan yang mampu mencukupi kebutuhannya. Dan secara pelan dan pasti Tuhan cukupkan dan pulihkan. Tahun 1991 mulai menjadi penginjil dan tetap bekerja. Dengan naik turunya kehidupan dari bekerja ikut orang dan sampai membuka usaha sendiri. Makanya ketika Tuhan kembali meminta untuk menjadi gembala perasaan takutpun dialaminya. Lima bulanan bergumul akan panggilan itu.  Makanya untuk meyakinkan atas panggilannya. Jimmypun melakukan nego sama Tuhan. Kalau emang Tuhan yang panggil Tuhan akan siapkan tempat dan jemaat. Prinsipnya tak mau mengambil domba gereja lain. Benar saja Tuhan sediakan tempat di Panin Bank, jemaatpun Tuhan kirimkan sampai pada pengerja semua siapkan. Terhadap itu semua akhirnya GESBA diresmikan tanggal 13 Maret 2005. Dan saat ini sudah ada sembilan, lima Jakarta  empat cabang Manado, Bekasi dan Depok. Dengan jumlah jemaat kurang lebih 1200-an. Padahal waktu awal perintisan hanya dimulai dari 30-an saja.

Tetapi dengan ketekunan akhirnya Tuhan tambah-tambahkan. Jujur diakui bahwa gereja di Jakarta berlomba untuk memberikan pelayanan terbaik untuk jemaatnya. Dan GESBA selalu ingin memberikan pelayanan yang terbaik bagi domba-dombanya. Berlomba dalam mencapai tujuan adalah baik bukan persaingan antar gereja kalau perlu justru saling bekerja sama, terang Ketua Majelis Pertimbangan Rohani (MPR)-nya Gesba ini. 

Menyeimbangkan antara Karir dan Pelayanan

Banyak tentu konflik kepentingan dalam menjalankan dua bidang yakni kerja dan pelayanan. Namun bagi Jimmy yang pengusaha property seperti membuat gedung, mall ini selalu mengingat ayat Mazmur yang mengatakan jalan-jalanKu menuju kebahagiaan, siapa yang mengandalkan Tuhan akan menerima kelimpahan. Jadi ketika berjalan mengandalkan Tuhan segala keperluanmu akan dipenuhi Tuhan. Karena memang luar biasa kekayaan Tuhan dan kemulian Tuhan. Dan dengan mengingat ayat tersebut ketika kita bekerja tidak perlu curi-mencuri, tipu menipu. Jadi berkata jujur karena perkataan itu penuh kuasa. Dengan berdasarkan mengadalkan firman Tuhan kita jujur dan lurus sehingga akan semakin diberkati. Jadi ketika belum percaya Tuhan menganggap bahwa memiliki hubungan dengan pejabat baik legeslatif dan eksekutif itu yang memberikan jalan bahkan berkat.

Kini dengan percaya Tuhan bahwa semua itu hanya perantara dan Tuhan sendiri yang memberikan bekat. Disinilah dengan melayani justru menjadi rem untuk bekerja lebih jujur baik dan berkomitmen menjadi anak-anak terang melalui pekerjaan kita, tandasnya.         

Lanjut »

Merokok / Dagang Rokok

Pak pendeta saya semula agen rokok, setelah saya bertobat dan lahir baru, saya menganggap merokok itu merusak bait Allah pada tubuh manusia, lalu dagang rokok tsb saya berikan kepada saudara saya, kini saya dagang lain tapi untungnya lebih sedikit. Teman saya menganggap saya salah bersikap, karena berdagang ya berdagang asal jujur. Mohon pendapatnya pak. Terima kasih.
Dari: Markus di Jakarta

Markus yang dikasihi Tuhan Yesus. “Bisnis adalah bisnis” kata Richard de George. Prinsipnya bagaimana mencari untung sebesarnya. Baginya bisnis tidak bisa “dikaitkan” dengan etika atau agama, sebab hal itu akan merugikan dalam persaingan dagang. Memang “Jalan orang fasik (pendosa) itu seperti kegelapan” (Ams.4:19). Malah ada yang bilang “urusan Tuhan adalah hanya hari Minggu saja”, diluar itu bebas mengumbar keserakahan demi kenikmatan hidup di dunia ini. Tapi ingatlah, “Orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya” (Yak.1:12).

Pengaruh Merokok
Jo Califano mengatakan “Merokok adalah pembunuhan diri secara bertahap”. Secara medis pada poster di sebuah rumah sakit tertera, bahwa setiap kali hisapan rokok berisi 4000 zat kimia yang “merusak” organ tubuh. Demikian juga iklan-iklan rokok di tepi jalan raya, selalu dicantumkan “bahayanya” merokok seperti sakit kanker, paru-paru, jantung, impotensi, merusak janin saat hamil, dan lainnya. Berarti itu peringatan resmi dan serius. Namun banyak orang tetap merokok dan “mengabaikan” peringatan tsb, mereka “bebal” atau keras kepala. Sebab itu firman Allah tertulis, “Orang bebal tidak suka kepada pengertian” (Ams.18:2).

Merokok menimbulkan sikap “kecanduan”, yang selanjutnya terus ingin merokok dan sulit untuk melepaskan diri. Berarti ia “diperbudak” oleh rokok dan itu adalah dosa (Rm.6:6). Merokok adalah “keinginan daging”. Jika seseorang hidupnya menurut daging, ia akan “mati” (Rm.8:13). Merokok adalah “penghamburan” uang, yang seharusnya bisa untuk “jajan” anaknya yang berguna menambah gizi. Disamping itu, saat merokok juga “mengganggu” kesehatan orang di sekitarnya.

Hindari Merokok
Perokok adalah perbuatan yang “merusak” bait Allah, karena tubuh manusia adalah bait Allah (I Kor.3:16,17). Merusak bait Allah adalah dosa. Bagi orang percaya pada Yesus dan telah lahir baru, maka Roh Kudus hadir dalam hidupnya. Sebab tubuhmu bukan milikmu sendiri (I.Kor.6:19). Berarti tubuh Anda wajib dijaga dengan baik! Paulus menegaskan, “Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya” (Gal.5:24). Karena itu: “Muliakanlah Allah dengan tubuhmu! (I.Kor.6:20). Intropeksilah ... 

“Kasihilah sesama seperti dirimu sendiri” (Mat.22:39). Jika dirimu tidak mau menderita sakit seperti akibat merokok, maka jangan biarkan orang lain mengalaminya. Firman Tuhan, “ Jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa” (Yak.4:17). Memang disisi lain ada orang yang menganggap merokok itu bernilai positif, seperti menghilangkan stres, lebih nampak maskulin, dan memperlancar pergaulan – itu hanya kenikmatan semu dari “perasaan” saja sebab sudah kecanduan. Tapi ingat, Allah memberi kemampuan pada manusia untuk “berpikir” dan mempertimbangkan, cobalah bersikap “rasional” terhadap soal merokok. “Siapa berlaku bijak akan selamat” (Ams.28:26)

Dagang Mencari Laba
Markus yang dikasihi Tuhan Yesus. Bisnis bagi umat Kristen dasarnya adalah “kejujuran”, dan tidak merugikan orang lain atau konsumen (Gal.6:10). Kalau menjual rokok jelas itu membawa “keburukan” bagi kesehatan pembelinya. Namun ada pendapat lain, bahwa berdagang apa saja boleh yang penting jujur, maka dagang rokok bisa “dipilihnya” sebab menguntungkan - baginya keputusan merokok adalah pihak pembelinya, bukan salah penjualnya. Tetapi janganlah “berkompromi” dengan “perusak” kesehatan! (Rm.14:13). Sebaiknya berdagang rokok itu “dihindari” saja, dan cobalah berganti barang dagangan lainnya, seperti yang dilakukan oleh Markus

Selama ini pecandu rokok sudah “mengasihi” rokok, kini saatnya “membenci” rokok (Pengk.3:8). Memang berdagang motivasinya mencari untung. Namun berdaganglah yang membawa “kebaikan”. Paulus mengatakan, “Cinta uang adalah akar dari segala kejahatan. Karena memburu uang bisa berakibat seseorang menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya” (I.Tim.6:10). Ingat, uang hanyalah “sarana” untuk kelanjutan hidup, bukan tujuan hidup. Tujuan hidup adalah hidup yang “berkenan” pada Allah Sang Pencipta, maka kelak akan “bersama” dengan Tuhan Yesus hidup di Kerajaan Sorga. Renungkanlah ... !

Lanjut »

YK PGI Cikini Peduli Masyarakat Sehat


Rumah Sakit PGI Cikini hanyalah sebagian dari pelayanan Yayasan Kesehatan PGI Cikini (YK PGI Cikini). Mungkin karena secara fisik yang terlihat dari luar hanyalah Rumah Sakit saja. Namun sebetulnya selain RS masih ada beberapa bidang lain yang dibawahi setidaknya ada empat direktorat. Di tengah rintiknya hujan Jakarta, sore itu, Yusuf dari GAHARU menemui Amir L Sirait MBA, Sekretaris Umum YK PGI Cikini. Dulu bernama Yayasan Rumah Sakit Dewan Gereja Indonesia (DGI) ‘Tjikini’ lalu berubah kembali namanya menjadi Yayasan Rumah Sakit PGI ‘Tjikini’ ini. Sosoknya pria berdarah Batak yang selalu tampil energik menjelaskan panjang lebar kiprah YK PGI Cikini. Anggapan banyak orang yang menyangka bahwa YK PGI Cikini hanya mengurusi rumah sakit saja tidak ditampik Amir.
            "Memang kalau dilihat dari sejarahnya RS ada lebih dulu," ungkapnya. Setelah pihak rumah sakit diakones Belanda menyerahkan RS itu ke DGI sekarang PGI, DGI berusaha agar RS mempunyai status yang jelas. Untuk  maksud itu diserahkan SK No 297/M/P/60 tertanggal 27 Juli dan memberi kuasa kepada Mr G. Silitonga (sekretaris I), Dr. F. Patiasina (sekretaris II) dan Mr. D Tahitoe (Bendahara) bertindak atas nama DGI “Tjikini” berhubungan dengan notaris untuk mendirikan suatu Yayasan yang memberi status hukum kepasa RS DGI “Tjikini”. Dengan akte Notaris Eliza Pondaag No 97 tertanggal 24 September 1960 didirikanlah Yayasan RS DGI “Tjikini” yang diumumkan dalam tambahan berita negara RI tanggal 24 Januari 1962.
Perubahan nama dari DGI menjadi PGI dalam SR PGI X tahun 1984 di Ambon dengan demikian nama yayasan pun mengalami perubahan pula menjadi yayasan Kesehatan PGI Cikini (YK PGI) Cikini. Dalam perjalanan yang panjang pihak Yayasan terus mengalami penyempurnaan termasuk penyesuaian dengan undang-undang Yayasan terbaru. Dengan memenuhi persyaratan organ-organ yayasan. Seperti adanya pembina, pengurus, pengawas dan juga pelaksana.
Sekarang ini, YK PGI Cikini  membawahi empat direktorat, pertama Rumah sakit PGI Cikini itu sendiri. Kedua direktorat pelayanan Kesehatan Masyarakat (Kesmas) RS PGI Cikini. Ketiga direktorat membawahi Akademi Perawatan RS PGI Cikini (Akper RS PGI Cikini). Kempat direktorat Pembinaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia RS PGI Cikini ( PPSDM RS PGI Cikini). Masih ada satu lagi lembaga yang kedudukkannya hampir setara dengan direktorat yang Komisi Sosiomedik. Fungsinya mengkaji tentang seberapa lama pasien yang mendapat bantuan pengobatan dan perawatan. Komisi Sosiomedik ini tugasnya mencarikan donatur bagi pasien yang tidak mampu. "Semua direktorat dibawah YK PGI Cikini semua muaranya bidang kesehatan," jelas mantan ketua GAMKI ini.  
Dari empat direktorat tersebut Yayasan Kesehatan PGI Cikini menjadi yang terbesar karena mampu mempekerjakan seribuan orang. Tentu ini sebuah prestasi yang tidak main-main bagaimana mengurusi seribu orang karyawan dan pegawai. Namun demikian Amir mengatakan sampai saat ini keuangan YK PGI selalu eksis dan tak pernah mengalami defisit. Bahkan ketika krisis moneter 1998 itu dimana banyak rumah sakit yang krisis mengalami minus keuangan. "RS PGI mengalami surplus lho waktu itu," saksi jemaat di HKBP Sudirman itu.
Melihat kontribusi yang besar dari YK PGI Cikini ini tentu untuk tetap menjaganya stabil bukan perkara yang mudah. Namun kerja keras semua pihak yang selaras  dengan tujuan YK PGI  melayani kesehatan yang memuliakan Allah, maka semua stake holder bersepakat ingin membuat masyarakat hidup sehat. Dengan demikian  kehadiran YK PGI bisa dirasakan oleh masyarakat bukan saja umat di naungan gereja-gereja PGI tetapi masyarakat secara menyeluruh. "Semua bisa berobat ke sini  tidak hanya jemaat gereja yang tergabung PGI," tegas Amir L Sirait yang baru saja meluncurkan buku.  

Lanjut »